SALJU

Kamis, 10 Januari 2013

7 Hari membentuk karakter anak. Hidup itu maju kedepan! Bukan mundur ke belakang! Lupakan yg telah berlalu! Jadikan ia patokan untuk lebih baik dimasa depan.

Rahasia Sukses Pendidikan Karakter

Berikut ini akan menggambarkan tentang pentingnya pendidikan yang telah terbukti menjadi prasyarat untuk menjadi fungsi harmonis dari setiap masyarakat. Seorang Guru sekolah mengatakan bahwa berfikir adalah pendidikan, berfikir membuat kita menerima gagasan dalam memperlas cakrawala kita dan belajar hal-hal baru.

Artikel Pendidikan Tentang Pentingnya Pendidikan dalam Kehidupan

Power Point Sistem Persamaan Linear dan Kuadrat

Belajar Blog


Blog Mahasiswa UMS Matematika ; Nama : Wiwit yunianto Semerter 7 Angkatan 2009


MAKALAH “HUBUNGAN ANTARA KEBUDAYAAN, AGAMA DAN MASYARAKAT” MATA KULIAH ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR



MAKALAH
“HUBUNGAN ANTARA KEBUDAYAAN, AGAMA DAN MASYARAKAT”
MATA KULIAH ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR
PENGAMPU :  Drs. Suwarno, SH., M.Pd.



Di susun oleh :

Zainudin                     (A410090013)







FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGAM STUDI MATEMATIKA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2011/2012



BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Salah satu persoalan besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah menjaga persatuan dan kesatuan serta membangun kesejahteraan hidup bersama seluruh warga negara yang berbeda budaya dan umat beragama. Hambatan yang cukup berat untuk mewujudkan kearah keutuhan dan kesejahteraan adalah masalah kerukunan sosial, termasuk didalamnya hubungan antara agama dan kebudayaan.
Kebudayaan mempunyai banyak pengertian diantaranya meliputi sebagai berikut:
a.       Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
b.       Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika, "keselarasan individu dengan alam" d jepang dan "kepatuhan kolektif" di cina.
c.       Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
d.      Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
e.       Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
f.       Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
g.      Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
     Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam menguasai dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad raya. Sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat, manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada penguasa alam semesta.  Kata agama berasal dari bahasa Sansekerta dari kata a berarti tidak dan gama berarti kacau. Kedua kata itu jika dihubungkan berarti sesuatu yang tidak kacau. Jadi fungsi agama dalam pengertian ini memelihara integritas. Kata agama berasal dari bahasa Sansekerta dari kata a berarti tidak dan gama berarti kacau. Kedua kata itu jika dihubungkan berarti sesuatu yang tidak kacau. Agama dan kebudayaan tidak terlepas dari masyarakat, dimana ketiganya mempengaruhi sistem sosial manusia disuatu negara.
Masyarakat berasal dari bahasa arab yaitu musyarak. Musyarak memiliki arti sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup atau terbuka. Masyarakat terdiri atas individu-individu yang saling berinteraksi dan saling tergantung satu sama lain atau di sebut zoon polticon. Dalam proses pergaulannya, masyarakat akan menghasilkan budaya yang selanjutnya akan dipakai sebagai sarana penyelenggaraan kehidupan bersama. Oleh sebab itu, konsep masyarakat dan konsep kebudayaan merupakan dua hal yang senantiasa berkaitan dan membentuk suatu sistem. Karena itu Masyarakat hidup berdampingan dengan kebudayaan, kebudayaan dalam masyarakat yang akhirnya membawa perubahan pada masyarakat itu sendiri.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas bahwa kebudayaan yang ada di Indonesia banyak mempengaruhi keanekaragaman agama dan masyarakat yang ada di Indonesia. Untuk itu ada hubungan antara kebudayaan, masyarakat dan agama sebagai berikut :
1.      Hubungan kebudayaan dengan agama.
2.      Hubungan masyarakat dengan agama.
3.      Faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat menolak kebudayaan baru.


BAB 2
PEMBAHASAN

A.    Hubungan Kebudayaan dengan Agama
Pengaruh kebudayaan hindu di Indonesia bisa kita ketahui dengan adanya penemuan prasasti yang ditemukan di Jawa Barat. Dari bentuk dan gaya huruf pada tulisan tersebut disebut huruf palawa. Indonesia dulunya berupa kerajaan-kerajaan yang menganut agama hindu yang tertera dalam batu bertulis. Kebudayaan hindu dalam zaman itu menpunyai kekuatan yang besar. Hal - hal yang amat penting dalam pengaruh kebudayaan hindu adalah mengenai susunan Negara dengan aneka bagian-bagian dan fraksi-fraksinya.
Dalam kamus umum bahasa Indonesia, kebudayaan diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, adat istiadat dan berarti pula kegiatan (usaha) batin (akal dan sebagainya) untuk menciptakan sesuatu yang termasuk hasil kebudayaan. Di dalam kebudayaan  terdapat pengetahuan, keyakinan, seni, moral, adat istiadat, dan sebagainya. Dengan demikian kebudayaan tampil sebagai pranata yang secara terus menerus dipelihara oleh para pembentuknya dan generasi selanjutnya yang diwarisi kebudayaan tersebut.
Kejaraan-kerajaan di Indonesia yang terletak dipantai atau pesisir dan ekonominya berdasakan perdagangan maritime dengan armada-armada perdagangan .karena ekonominya hampir seluruhnya berdasarkan perdagangan maka sistem politiknya sesuai dengan itu. Dari proses perkembangan perdagangan tersebut rupanya pedagang-pedagang Indonesia menjadi kaya. Dari perdagangan tersebut daerah pesisir pantai terpengaruhi agama islam yang pertama kali kerajaan di Indonesia adalah Samudra Paseh yang disebarkan bangsa Gujarat . Dalam hubungan itulah kita dapat memahami pelajaran-pelajaran islam  yang yang kemudian disiarkan oleh para wali . “Agama adalah keprihatinan maha luhur dari manusia yang terungkap selaku jawabannya terhadap panggilan dari yang Maha Kuasa dan Maha Kekal. Keprihatinan yang maha luhur itu diungkapkan dalam hidup manusia, pribadi atau kelompok terhadap Tuhan, terhadap manusia dan terhadap alam semesta raya serta isinya” ( Sumardi, 1985:75).
Uraian ini menekankan agama sebagai hasil refleksi manusia terhadap panggilan yang Maha Kuasa dan Maha Kekal. Hasilnya diungkap dalam hidup manusia yang terwujud dalam hubungannya dengan realitas tertinggi, alam semesta raya dengan segala isinya. Pandangan itu mengatakan bahwa agama adalah suatu gerakan dari atas atau wahyu yang ditanggapi oleh manusia yang berada dibawah.
Jika kita teliti budaya Indonesia, maka tidak dapat tidak budaya itu  terdiri dari 5 lapisan. Lapisan itu diwakili oleh budaya agama pribumi, Hindu, Buddha, Islam dan Kristen (Andito, ed,1998:77-79) sebagai berikut:
1.      Lapisan pertama adalah agama pribumi yang memiliki ritus-ritus yang berkaitan dengan penyembahan roh nenek moyang yang telah tiada atau  lebih setingkat yaitu Dewa-dewa suku seperti sombaon di Tanah Batak, agama Merapu di Sumba, Kaharingan di Kalimantan. Berhubungan dengan ritus agama suku adalah berkaitan dengan para leluhur menyebabkan terdapat solidaritas keluarga yang sangat tinggi. Oleh karena itu maka ritus mereka berkaitan dengan tari-tarian dan seni ukiran, Maka dari agama pribumi  bangsa Indonesia mewarisi kesenian dan estetika yang tinggi dan nilai-nilai kekeluargaan yang sangat luhur.
2.      Lapisan kedua dalah Hinduisme, yang telah meninggalkan peradapan yang menekankan pembebasan rohani agar atman bersatu dengan Brahman maka dengan itu ada solidaritas mencari pembebasan bersama dari penindasan sosial untuk menuju kesejahteraan yang utuh. Solidaritas itu diungkapkan dalam kalimat Tat Twam Asi, aku adalah engkau.
3.      Lapisan ketiga adaalah agama Buddha, yang telah mewariskan nilai-nilai yang menjauhi ketamakan dan keserakahan. Bersama dengan itu timbul nilai pengendalian diri dan mawas diridengan menjalani 8 tata jalan keutamaan.
4.      Lapisan keempat adalah agama Islam yang telah menyumbangkan kepekaan terhadap tata tertib kehidupan melalui syari’ah, ketaatan melakukan shalat dalam lima waktu,kepekaan terhadap mana yang baik dan mana yang jahat dan melakukan yang baik dan menjauhi yang jahat (amar makruf nahi munkar) berdampak pada pertumbuhan akhlak yang mulia. Inilah hal-hal yang disumbangkan Islam dalam pembentukan budaya bangsa.
5.      Lapisan kelima adalah agama Kristen, baik Katholik maupun Protestan. Agama ini menekankan nilai kasih dalam hubungan antar manusia. Tuntutan kasih yang dikemukakan melebihi arti kasih dalam kebudayaan sebab kasih ini tidak menuntutbalasan yaitukasih tanpa syarat. Kasih bukan suatu cetusan emosional tapi sebagai tindakan konkrit yaitu memperlakukan sesama seperti diri sendiri. Atas dasar kasih maka gereja-gereja telah mempelopori pendirian Panti Asuhan, rumah sakit, sekolah-sekolah dan pelayanan terhadap orang miskin.
Dipandang dari segi budaya, semua kelompok agama di Indonesia telah mengembangkan budaya agama untuk mensejahterakannya tanpa memandang perbedaan agama, suku dan ras.
Disamping pengembangan budaya immaterial tersebut agama-agama juga telah berhasil mengembangkan budaya material seperti candi-candi dan bihara-bihara di Jawa tengah, sebagai peninggalan budaya Hindu dan Buddha. Budaya Kristen telah mempelopori pendidikan, seni bernyanyi, sedang budaya Islam antara lain telah mewariskan Masjid Agung Demak (1428) di Gelagah Wangi Jawa Tengah. Masjid ini beratap tiga susun yang khas Indonesia, berbeda dengan masjid Arab umumnya yang beratap landai. Atap tiga susun itu menyimbolkan Iman, Islam dan Ihsan. Masjid ini tanpa kubah, benar-benar has Indonesia yang mengutamakan keselarasan dengan alam.Masjid Al-Aqsa Menara Kudus di Banten bermenara dalam bentuk perpaduan antara Islam  dan Hindu. Masjid Rao-rao di Batu Sangkar merupakan perpaduan berbagai corak kesenian dengan hiasan-hiasan mendekati gaya India sedang atapnya dibuat dengan motif rumah Minangkabau (Philipus Tule 1994:159).

B.     Hubungan Masyarakat dengan Agama
Pengertian dan difinisi masyarakat sebagai berikut di bawah ini adalah beberapa pengertian masyarakat dari beberapa ahli sosiologi dunia.
1.      Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.
2.      Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
3.      Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suau kenyataan objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.
4.      Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut.
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat di lihat bahwa masyarakat merupakan organisasi manusia yang selalu berhubungan satu sama lain dan memiliki unsur-unsur pokok sebagai berikut:
1.      Orang-orang dalam jumlah relatif besar saling berinteraksi,baik antara individu dengan kelompok maupun antarkelompok sehingga menjadi satu kesatuan sosial budaya.
2.      Adanya kerja sama yang secara otomatis terjadi salam setiap masyarakat, baik dalam skala kecil (antarindividu) maupun dalam skala luas (antarkelompok). Kerja sama ini meliputi berbagai aspek kehidupan seperti ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan.
3.      Berada dalam wilayah dengan batas-batas tertentu yang merupakan wadah tempat berlangsungnya suatu tata kehidupan bersama. Ada dua macam wilayah yang oleh Robert Lawang di sebut satuan administratif (desa-kecamatan-kabupaten-provinsi), dan satuan teritorial (kawasan pedesaan-perkotaan).
4.      Berlangsung dalam waktu relatif lama, serta memiliki norma sosial tertentu yang menjadi pedoman dalam sistem tata kelakuan dan hubungan warga masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya.
Konsep masyarakat tidak berdiri sendiri,tetapi erat hubungannya dengan lingkungan. Hal tersebut beraarti bahwa ketika seseorang berinteraksi dengan sesamanya, maka lingkungan menjadi faktor yang mempengaruhi sikap-sikap, perasaan, perlakuan dan kebiasaan-kebiasaan yang ada di lingkungannya. Misalnya : lingkungan keluarga, para remaja yang sebaya, lingkungan kerja dan kampus. Di masimg-masing lingkungan itulah ia akan termasuk sebagai anggota kelompoknya. Oleh karena itu, ia dapat menyertakan, memainkan sifat dan kehendak anggota kelompoknya bahkan kadang-kadang menciptakan, meminjam, meniru dan memperkenalkan perilaku yang berbeda dalam masyarakat sebagai berikut:

1.      Fitrah terhadap Agama
Dalam masyarakat sederhana banyak peristiwa yang terjadi dan berlangsung di sekitar manusia dan di dalam diri manusia, tetapi tidak dapat dipahami oleh mereka. Yang tidak dipahami itu dimasukkan ke dalam kategori gaib. Karena banyak hal atau peristiwa gaib ini menurut pendapat mereka, mereka merasakan hidup dan kehidupan penuh kegaiban. Menghadapi peristiwa gaib ini mereka merasa lemah tidak berdaya. Untuk menguatkan diri, mereka mencari perlindungan pada kekuatan yang menurut anggapan mereka menguasai alam gaib yaitu Dewa atau Tuhan. Karena itu hubungan mereka dengan para Dewa atau Tuhan menjadi akrab. Keakraban hubungan dengan Dewa-Dewa atau Tuhan itu terjalin dalam berbagai segi kehidupan: sosial, ekonomi, kesenian dan sebagainya. Kepercayaan dan sistem hubungan manusia dengan para Dewa atau Tuhan ini membentuk sistem agama. Karena itu, dalam masyarakat sederhana mempunyai hubungan erat dalam agama. Gmbaran ini berlaku di seluruh dunia.
2.      Pencarian Manusia terhadap Agama
Akal yang sempurna akan senantiasa menuntut kepuasan berpikir. Oleh karena itu, pencarian manusia terhadap kebenaran agama tak pernah lepas dari muka bumi ini. Penyimpangan dari sebuah ajaran agama dalam sejarah kehidupan manusia dapat diketahui pada akhirnya oleh pemenuhan kepuasan berpikir manusia yang hidup kemudian. Nabi Ibrahim a.s. dikisahkan sangat tidak puas menyaksikan bagaimana manusia mempertuhankan benda-benda mati di alam ini seperti patung, matahari, bulan, dan bintang. Demikian pula Nabi Muhammad SAW, pada akhirnya memerlukan tahannus karena jiwanya tak dapat menerima aturan hidup yang dikembangkan masyarakat Quraisy di Mekkah yang mengaku masih menyembah Tuhan Ibrahim.

3.      Konsistensi Keagamaan
Manusia diciptakan dengan hati nurani yang sepenuhnya mampu mengatakan realitas secara benar dan apa adanya. Namun, manusia juga memiliki ketrampilan kejiwaan lain yang dapat menutupi apa-apa yang terlintas dalam hati nuraninya, yaitu sifat berpura-pura. Meskipun demikian seseorang berpura-pura hanya dalam situasi tertentu yang sifatnya temporal atau aksidental. Tiada keberpura-puraan yang permanen dan esensial. Sikap konsisten seseorang terhadap agamanya terletak pada pengakuan hati nuraninya terhadap agama yang dipeluknya. Konsistensi ini akan membekas pada seluruh aspek kehidupannya membentuk sebuah pandangan hidup. Agama, Budaya dan Masyarakat jelas tidak akan berdiri sendiri, ketiganya memiliki hubungan yang sangat erat dalam dialektikanya; selaras dalam menciptakan ataupun kemudian saling menegasikan.
Proses dialektika yang berjalan menurut Berger, dialami agama dengan tiga bentuk. Pertama, energi eksternalisasi yang dimiliki individu dalam bermasyarakat kemudian membentuk sebuah bentuk kedua, Objektivasi atas kreasi manusia dan akhirnya berputar kembali dalam bentuk ketiga, dengan arus informasi yang menginternalisasi kedalam individu-individu.
Dalam dialektika ini, bukan berarti stagnan. Hasil eksternalisasi yang ter-Objektivikasi selalu mengalami perkembangan, manusia tidak pernah puas atas hasil yang telah dicapai. Dalam pandangan yang Idealis atu perspektif, manusia memiliki pengandaian yang normatif yang selalu tidak berhenti dengan satu ciptaan. Ketidak terjebakan manusia dalam imanensi dan selalu berhadapan dengan keabsurdan membuat manusia –dan Agama yang juga berada dalam dialektika ini
-akhirnya bersifat dinamis.

C.    Faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat menolak kebudayaan baru
Masyarakat dan kebudayaan dimanapun selalu dalam keadaan berubah,dapat dipahami bahwa pada dasarnya kehidupan masyarakat di dunia  ini atau budaya manusia tidak ada yang tetap atau konstanta secara terus menerus artinya setiap budaya pasti ada perubahan. Kenyataan dilapangan proses perubahan kebudayaan dimasyarakat ada yang diterima dengan mudah ( cepat ),ada yang diterima dengan lambat ,dan ada pula yang sulit menerima perubahan sehingga memerlukan waktu yang sangat lama. Adapun Faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat menolak kebudayaan baru yaitu:

1.      Kurangnya Hubungan dengan Masyarakat Lain
Kehidupan terasing menyebabkan suatu masyarakat tidak mengetahui perkembangan-perkembangan yang telah terjadi. Hal ini menyebabkan pola-pola pemikiran dan kehidupan masyarakat menjadi statis.
2.      Terlambatnya Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Kondisi ini dapat dikarenakan kehidupan masyarakat yang terasing dan tertutup, contohnya masyarakat pedalaman. Tapi mungkin juga karena masyarakat itu lama berada di bawah pengaruh masyarakat lain (terjajah).
3.      Sikap Masyarakat yang Masih Sangat Tradisional
Sikap yang mengagung-agungkan tradisi dan masa lampau dapat membuat terlena dan sulit menerima kemajuan dan perubahan zaman. Lebih parah lagi jika masyarakat yang bersangkutan didominasi oleh golongan konservatif (kolot).
4.      Rasa Takut Terjadinya Kegoyahan pada Integritas Kebudayaan
Integrasi kebudayaan seringkali berjalan tidak sempurna, kondisi seperti ini dikhawatirkan akan menggoyahkan pola kehidupan atau kebudayaan yang telah ada. Beberapa golongan masyarakat berupaya menghindari risiko ini dan tetap mempertahankan diri pada pola kehidupan atau kebudayaan yang telah ada.
5.      Adanya Kepentingan-Kepentingan yang Telah Tertanam dengan Kuat ( Vested Interest Interest)
Organisasi sosial yang mengenal sistem lapisan strata akan menghambat terjadinya perubahan. Golongan masyarakat yang mempunyai kedudukan lebih tinggi tentunya akan mempertahankan statusnya tersebut. Kondisi inilah yang menyebabkan terhambatnya proses perubahan.
6.      Adanya Sikap Tertutup dan Prasangka Terhadap Hal Baru (Asing)
Sikap yang demikian banyak dijumpai dalam masyarakat yang pernah dijajah oleh bangsa lain, misalnya oleh bangsa Barat. Mereka mencurigai semua hal yang berasal dari Barat karena belum bisa melupakan pengalaman pahit selama masa penjajahan, sehingga mereka cenderung menutup diri dari pengaruh-pengaruh asing.
7.      Hambatan-Hambatan yang Bersifat Ideologis
Setiap usaha perubahan pada unsur-unsur kebudayaan rohaniah, biasanya diartikan sebagai usaha yang berlawanan dengan ideologi
masyarakat yang sudah menjadi dasar integrasi masyarakat tersebut.
8.      Adat atau Kebiasaan yang Telah Mengakar
Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi anggota masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Adakalanya adat dan kebiasaan begitu kuatnya sehingga sulit untuk diubah. Hal ini merupakan bentuk halangan terhadap perkembangan dan perubahan kebudayaan. Misalnya, memotong padi dengan mesin dapat mempercepat proses pemanenan, namun karena adat dan kebiasaan masyarakat masih banyak yang menggunakan sabit atau ani-ani, maka mesin pemotong padi tidak akan digunakan.
9.      Nilai Bahwa Hidup ini pada Hakikatnya
Masyarakat cenderung menerima kehidupan apa adanya dengan dalih suatu kehidupan telah diatur oleh Yang Mahakuasa. Pola pikir semacam ini tentu saja tidak akan memacu pekembangan kehidupan manusia.



BAB 3
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kebudayaan di Indonesia mempengaruhi kepercayaan masyarakat di Indonesia. Dari segi budaya, semua kelompok agama di Indonesia telah mengembangkan budaya agama untuk mensejahterakannya tanpa memandang perbedaan agama, suku dan ras. Dari konsep masyarakat tidak berdiri sendiri,tetapi erat hubungannya dengan lingkungan. Hal tersebut berarti bahwa ketika seseorang berinteraksi dengan sesamanya, maka lingkungan menjadi faktor yang mempengaruhi sikap-sikap, perasaan, perlakuan dan kebiasaan-kebiasaan yang ada di lingkungannya. Dan kebudayaan Indonesia berasal dari para musyafir luar yang bertandang di Indonesia dan sejarah Indonesia yang dahulu berupa kerajaann juga mempengarui kepercayaan masyarakat Indonesia.

B.     Saran
Kita sebagai bangsa Indonesia harus terbuka terhadap kebudayaan asing akan tetapi kita juga harus seleksi dalam menerima kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan ideologi bangsa kita.

REVIEW JURNAL INTERNASIONAL Effects of Mastery Learning Approach on Secondary School Students’ Physics Achievement



REVIEW JURNAL INTERNASIONAL
Effects of Mastery Learning Approach on Secondary School
Students’ Physics Achievement
Pengampu: Prof. Dr. Sutama, M. pd


Di susun oleh:
 ZAINUDIN
A410090013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2011





KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang tiada Tuhan selain Allah. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada nabi Muhammad SAW. Salah satu nikmat-NYA yang tidak ternilai harganya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan review jurnal internasional.
Dalam artikel ini membahas tentang bagaimana calon guru memahami peran bahasa Inggris dalam proses belajar mengajar matematika pada pelajar bahasa Inggris. Selain itu juga memhami perubahan apa yang terjadi pada keyakinan calon guru matematika selama perkembangan program persiapan guru dengan susunan metode matematika dan mengetahui apa hubungan antara keyakinan calon guru matematika dengan pengetahuan konten khusus untuk mengajar matematika di akhir program pers. Selain itu review ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Penelitian Pendidikan Matematika.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih untuk semua pembaca review ini. Untuk meningkatkan kualitas tulisan ini, masukan dan kritik membangun dari pembaca penulis nantikan.



Surakarta,4 April 2011


Penulis







DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR  ISI...................................................................................................... iii
BAB  I...... PENDAHULUAN ...................................................................... .... 1
A.      Latar Belakang ........................................................................... 1
B.       Rumusan  Masalah...................................................................... 3
C.       Tujuan.......................................................................................... 3
D.      Manfaat....................................................................................... 3
BAB  II..... RINGKASAN JURNAL  .......................................................... .... 6
BAB III  .. PEMBAHASAN ......................................................................... .... 11
A.      Bagaimana calon guru memahami peran bahasa dalam proses belajar mengajar matematika?................................................................................ 11
B.       Perubahan apa yang terjadi pada keyakinan calon guru matematika selama perkembangan persiapan guru?................................................... 12
BAB IV ... KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN............................... 18
A.      Kesimpulan ................................................................................. 18
B.       Implikasi...................................................................................... 19
C.       Saran ........................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN




BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Masyarakat dan bangsa Indonesia perlu dipersiapkan memasuki milenium ketiga dengan tuntutan-tuntutan global. Pendidikan di Indonesia termasuk pendidikan tinggi, belum bermakna bagi peningkatan kualitas manusia Indonesia. Kehidupan moral, etos kerja, kemampuan dan keterampilan yang masih rendah perlu ditingkatkan. Kehidupan global menuntut penguasaan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan tinggi belum sepenuhnya dapat memenuhi tuntutan-tuntutan tersebut.
Pendidik  matematika secara universal menyerukan penekanan yang lebih besar. Matematika digunakan untuk memahami konteks pemecahan masalah yang diperlukan pada pergeseran paradigma substansial, perubahan dalam konstruksi yang berkaitan dengan pengajaran matematika bagi banyak guru. Perubahan keyakinan, sikap, dan pengetahuan dalam konteks ini perlu diidentifikasi, tepat ditekankan dalam tugas kuliah, dan secara rutin diukur sebagai hasil penting dari program persiapan guru dimasa depan.                                        
Pendidikan dalam rangka untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang baru, mengalami berbagai hambatan dan tantangan. Tantangan-tantangan tersebut ada yang berasal dari dalam (internal) antara lain sebagai warisan kebijakan-kebijakan pendidikan masa lalu. Tantangan internal tersebut antara lain, masalah kesatuan bangsa, demokratisasi pendidikan, desentralisasi manajemen pendidikan, kualitas pendidikan dan tatangan pendidikan global yang kompetitif dan inovatif.
Di dalam persaingan diperlukan kualitas individu yang dapat berkompetisi. Kemampuan berkompetisi tersebut dihasilkan oleh pendidikan yang kondusif dan efektif. Suatu sistem pendidikan dapat saja menghasilkan tenaga-tenaga pemikir yang berkembang tetapi apabila tidak inovatif maka kemampuan berpikirnya tidak akan mendapat makna di dalam kehidupan bersama. Sekarang ini sedang marak-maraknya sekolah di Indonesia yang memberlakukan system pendidikan bilingual di kelas. Tapi apa sebenarnya kelas bilingual itu dan bagaimana pelaksanaannya?
Pada era teknologi seperti sekarang ini siswa dituntut untuk bisa mandiri. Banyak siswa yang berprestasi sehingga sangat dibutuhkan calon –calon pendidik yang berkualitas dan berkompeten pada bidangnya. Salah satu wadah bagi siswa berprestasi yaitu dengan adanya RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) adalah sekolah yang memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP) pada tiap aspeknya serta mampu mengembangkan budaya dan lingkungan sekolah yang mendukung ketercapaian Standar International.
Dalam sekolah tersebut dianjurkan supaya guru dalam proses belajar mengajar menggunakan bahasa inggris atau dua bahasa (inggris dan indonesia), sehingga guru harus mampu untuk berkomunikasi dalam bahasa inggris. Masih sedikit guru di Indonesia terutama pada mata pelajaran produktif yang mampu dan lancar berkomunikasi menggunakan bahasa inggris. Hal itu membutuhkan pengetahuan dan pembelajaran yang baru juga bagi guru/ calon guru.
Dalam rangka penelitian guru matematika mengenai pelajar bahasa Inggris dengan keyakinan, sikap, dan pengetahuan, lembaga-lembaga pendidikan tinggi harus membuat keputusan tentang apa kursus dan pengalaman lapangan untuk disertakan dalam program persiapan guru dan bagaimana menentukan efek dari pengalaman program konstruksi tersebut.
Perubahan ini sebagai jawaban atas mandat dari negara majelis untuk meningkatkan jumlah konten kursus matematika untuk guru dan menghasilkan salah satu konten kursus matematika tambahan untuk guru  dan pengurangan dalam metode pengajaran kursus matematika. Beberapa dokumen yang dirancang dan disahkan untuk calon guru yang dimulai secara longitudinal merupakan bagian upaya penelitian yang disebut Pengesahan Pendidikan Matematika Latin.      
Penelitian ini difokuskan pada persiapan calon guru dalam mengajar matematika dengan bahasa bilingual sehingga calon guru perlu mengkritisi literature menganai instruksi matematika pada pelajar bahasa Inggris lebih awal dan lebih menyeluruh melelui kursus persiapan guru.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana calon guru memahami peran bahasa dalam proses belajar mengajar matematika pada pelajar bahasa Inggris. Mengetahui perubahan apa yang terjadi pada keyakinan calon guru matematika dengan pengetahuan khusus pelajar bahasa Inggris untuk mengajar matematika.
B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka dapat didefinisikan masalah-masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana calon guru memahami peran bahasa Inggris dalam proses belajar mengajar matematika?
2.      Perubahan apa yang terjadi pada keyakinan calon guru matematika selama perkembangan persiapan guru?

C.    TUJUAN
Tujuan yang hendak dicapai dalam pembuatan review ini, sebagai berikut:
1.      Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana calon guru memahami peran bahasa dalam proses belajar mengajar matematika.
2.      Untuk mengetahui perubahan apa yang terjadi pada keyakinan calon guru matematika dengan pengetahuan khusus pelajar bahasa Inggris untuk mengajar matematika

D.    MANFAAT
Manfaat yang ingin di capai dari pembuatan review ini, sebagai berikut:
1.      Menghasilkan guru yang percaya diri yang mampu menyelesaikan masalah-masalah baik   secara akademik maupun non akademik dengan menggunakan bahasa bilingual.
2.      Mengintegrasikan pengetahuan dasar keterampilan menggunakan bahasa bilingual dalam proses pembelajaran.
BAB II
RINGKASAN JURNAL

Sedikit yang mengerti tentang konsepsi calon guru 'mengenai pendidikan matematika pada pelajar bahasa Inggris (ELLs). Penelitian ini menguji konsep calon guru tentang bahasa dan matematika ketika mereka menyelidiki pola pikir  anak kali dalam matematika untuk pembelajaran. Calon guru perlu kritis mengenai literatur untuk instruksi matematika ELLs lebih awal dan lebih menyeluruh melalui kursus persiapan guru.
Beberapa studi telah menyelidiki persiapan calon guru yang berkaitan dengan instruksi pelajar bahasa Inggris (Zeichner, 2005). Dalam matematika, tinjauan literatur sejak tahun 1990 menemukan bahwa meskipun banyak peneliti membahas topik mempersiapkan guru untuk bekerja dengan siswa beragam secara budaya, tidak ada fokus khusus pada masalah yang berkaitan dengan mempersiapkan calon guru untuk bekerja dengan ELLs (Janzen, 2008).
            Berkaitan dengan pengajaran dan pembelajaran matematika untuk ELLs, calon guru mungkin tidak cukup aman dalam keyakinan mereka untuk menantang norma yang ada tentang praktik wacana matematika. Bahasa Inggris sebagai program Bahasa Kedua (ESL) dan akuisisi bahasa kedua, ada keuntungan yang signifikan dalam pengetahuan calon. Calon guru bilingual memerlukan pengalaman dalam dua bahasa setelah sekolah matematika klub untuk memahami gagasan bahwa percakapan kefasihan tidak menunjukkan kelancaran akademik. Seseorang tidak akan selalu dapat berkomunikasi lancar dengan disiplin bahasa. Calon guru berfokus pada bagaimana mereka perlu pengalaman penggunaan anak-anak untuk mendorong pemahaman matematika dengan strategi pengajaran yang efektif untuk ELLs
            Penelitian ini dilakukan di satu bagian matematika untuk kursus mengajar di suatu universitas besar di barat daya Amerika Serikat. Para peserta dalam penelitian ini adalah empat mahasiswa yang baru  terdaftar di satu bagian dari Matematika untuk mengajar.  Kursus mengajar adalah salah satu dari dua program konten yang diperlukan untuk semua siswa dalam program pendidikan dasar dan biasanya diambil satu tahun sebelum kursus metode matematika.
Tujuan utama kursus ini untuk membantu calon guru mengembangkan dan memahami konseptual yang lebih fleksibel. Tiga set kegiatan berpikir anak-anak digunalkan sebagai konteks untuk memperolah konsepsi peserta. Konten Khas ditutupi berkisar dari angka (penomoran sistem, teori bilangan, pecahan, rasio dan proporsi, desimal, dan persen) untuk operasi pada bilangan bulat dan pecahan serta umum strategi pemecahan masalah.
Kegiatan ini didasarkan pada pelajaran yang melibatkan perkalian dan pembagian bilangan bulat dan perbandingan fraksi. Calon guru memakai strategi yang berbeda untuk anak yang diciptakan untuk memecahkan multi-digit perkalian dan pembagian. Hal ini bukan hanya masalah bahasa semata, instruktur kelas (yang tidak peneliti) memiliki siswa yang bertugas  mempertimbangkan masalah yang berkaitan dengan bahasa dan matematika dan untuk pelajar bahasa Ingris yang mengajar sepanjang pelaksanaan kegiatan.
Denngan menggunakan metodologi studi kasus ganda, berbagai data dikumpulkan untuk memahami bagaimana calon guru berpikir tentang peran bahasa dalam proses belajar mengajar matematika. Secara khusus, tiga jenis data kualitatif diperoleh: (a) individu dan kelompok kecil wawancara, (b) pengamatan langsung di kelas interaksi, dan (c) dokumen tertulis.
Setiap peserta berpartisipasi dalam lima luar kelas wawancara semi-terstruktur, tiga yang mengikuti format individu dan dua yang terjadi dalam kelompok pengaturan. Wawancara terjadi pada awal dan akhir dari semua kegiatan. Wawancara berdurasi sekitar 30-45 menit, wawancara individu atau wawancara kelompok, peserta diminta untuk mempertimbangkan penjelasan secara spesifik dan ide-ide mereka secara umum tentang praktek pengajaran yang efektif untuk mengajar matematika untuk pelajar bahasa Inggris.
Semua interaksi ini diamati dan direkam. Pekerjaan peserta ditulis dikumpulkan dan disalin pada akhir kegiatan diskusi. Data dikodekan dan dianalisa menggunakan elemen Teori Beralas (Corbin & Strauss, 1990). Data diperiksa dari orientasi kasus unik (Patton, 2001) di mana tujuannya adalah untuk menangkap dan menghormati keunikan setiap peserta. Dengan demikian, tema utama setiap kasus yang teridentifikasi. Kemudian semua tema dari keempat kasus dibandingkan dan dikontraskan.
Semua data yang sudah dicatat dan dikenai dua tingkat coding: pengkodean terbuka dan pengkodean kehandalan. Semua data setiap kasus dibaca beberapa kali dan setiap kejadian di mana peserta tercermin pada isu-isu bahasa dan / atau bekerja dengan pelajar bahasa Inggris diberi kode dengan tangan. Sepanjang proses ini, pertanyaan generatif dan komparatif (Corbin & Strauss, 1990) diminta data.
Konsepsi peserta tentang bahasa dan matematika yang terkait dengan instruksi dari pelajar bahasa Inggris  jatuh ke dalam tiga tema utama: (1) bahasa sebagai sarana untuk memahami pengetahuan matematika, (2) tantangan (atau ketiadaan) pelajar belajar bahasa matematika, dan (3) peran guru dalam mendukung pembangunan pelajar bahasa Inggris untuk 'bahasa matematis.
1.      Bahasa sebagai Sarana untuk Memahami Pengetahuan Matematika
Semua peserta terfokus pada kata-kata tertentu yang digunakan anak, atau dalam beberapa kasus, tidak menggunakan dalam penjelasan mereka. Cara-cara yang dugunakan untuk penjelasan bervariasi. Anak-anak tidak perlu menggunakan satu set kata-kata standar dalam penjelasan mereka untuk menunjukkan pemahaman mereka tentang konsep matematika. Anak-anak dapat memahami konsep-konsep matematika tanpa menggunakan terminologi matematika tertentu. Bahasa matematika adalah penting. Namun, tidak perlu digunakan dalam setiap situasi, seringkali bahasa matematika terlalu ilmiah, (formal). Bahasa matematika tidak  mungkin digunakan dalam percakapan sehari-hari. Gagasan menggunakan bahasa sebagai alat untuk memahami pengetahuan matematika tidak unik.
2.      Tantangan (atau ketiadaan) pelajar belajar bahasa matematika
Bahasa  matematika adalah sarana yang dapat digunakan untuk berkomunikasi matematika. Kita dapat menggunakan semua bahasa untuk menghafal aturan dan terminologi matematika. Supaya dapat berkomunikasi matematika, seseorang perlu mengetahui cara membuat dan menggunakan koneksi antara terminologi dan struktur matematika. Dengan kefasihan, bahasa matematika jauh lebih kompleks daripada hanya menggunakan terminologi yang tepat.
Dalam penelitian ini, semua harus mahir dalam bahasa matematika, Meskipun bahasa Matematika cukup sulit bahkan harus menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Namun, pelajar bahasa Inggris akan memiliki waktu yang mudah memperoleh bahasa matematis. pemakaiannya atas frase 'terminologi benar' menggambarkan klaim bahwa dia menghargai satu set kata-kata matematika di atas yang lain.
3.       Peran Guru
Semua peserta membahas perlunya guru untuk merangsang perkembangan bahasa matematika pelajar bahasa Inggris. Pertama, semua perkataan yang digunakan harus dapat dipahami oleh anak. Karena anak-anak dipengaruhi oleh bahasa yang digunakan di dalam kelas, para peserta berpendapat, guru memerlukan model bahasa akademis dari anak-anak. Penggunaan bahasa matematika sebagai sarana untuk mengembangkan pemahaman konseptual siswa berada di pusat refleksi.
Guru harus memodelkan setiap kegiatan dalam bentuk yang lebih terfokus ke bahasa matematis. Menghindari penggunaan sinonim untuk meminimalkan kebingungan pelajar bahasa Inggris. Mendukung pengembangan pelajar bahasa Inggris dari bahasa matematika dengan memberikan kesempatan untuk berbagi pemikiran matematika anak. Kegiatan berpikir anak-anak tampaknya telah menciptakan ruang bagi peserta untuk mempertimbangkan isu-isu mengenai bahasa matematika dan pendidikan matematika pelajar bahasa Inggris.
Yang perlu  dipertimbangkan calon guru adalah bahwa penggunaan bahasa matematis tidak selalu berkorelasi dengan pengetahuan matematika. Sebagai Secada dan Carey (1990) berpendapat, orang bisa mengerti melalui penggunaan bahasa tanpa memiliki pemahaman matematika yang sesuai. Guru dapat menggunakan berbagai bentuk bahasa, termasuk bahasa sehari-hari mereka, sebagai alat untuk membantu mereka mengembangkan pemikiran matematika mereka (Barwell, 2005).
Bahasa Matematika mengambil berbagai bentuk termasuk simbolik, linguistik, dan bergambar (misalnya Schleppegrell, 2007); menggabungkan kata-kata sehari-hari dan teknis (misalnya Moschkovich 2002); dan melibatkan konektor logis seperti jika maka.(Anhalt misalnya, Fernandes, & Sipil 2007).
Dalam pelajar bahasa Inggris intinya adalah tabula rasa dalam hal belajar bahasa matematika dan tanpa mengakui kompleksitas yang terlibat dalam belajar bahasa. Pemodelan sebagai komponen penting dari praktek instruksional, terutama dalam hal untuk mendukung pelajar bahasa Inggris.
Temuan dari penelitian ini mendukung argumen bahwa mengintegrasikan isu mendidik ELLs ke dalam persiapan guru matematika, baik itu melalui kegiatan dan  atau pengalaman lapangan yang fokus pada bekerja dengan ELLs, adalah sebuah kebutuhan (Lucas, 2011). Namun, mencapai integrasi dari jenis kegiatan ke dalam persiapan guru matematika membutuhkan instruktur untuk secara kritis menyikapi masalah bahasa dalam kaitannya dengan instruksi matematika. Apakah pendidik guru saat ini memiliki pengetahuan, keterampilan dan komitmen untuk mengajarkan kesetaraan dan keragaman baik secara lokal atau global?
Tujuan dari studi semacam ini adalah dengan tidak hanya melihat bagaimana ide-ide calon guru berubah dari waktu ke waktu tetapi juga menangkap apa yang mungkin bisa menjelaskan perubahan tersebut. Temuan potensial dapat menginformasikan pendidik guru tentang pengalaman apa yang dapat diberikan untuk menantang konsepsi calon guru.

BAB III
PEMBAHASAN
Guru memainkan peran penting dalam transformasi budaya melalui sistem persekolahan, khususnya dalam menata interaksi peserta didik dengan sumber belajar untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan. Untuk itu diperlukan guru yang memiliki kemampuan akademik dan profesional yang memadai, mutu kepribadian yang mantap, serta menghayati profesinya sebagai guru yang berkompetensi.
Menurut Mohamad Surya (2004: 92), kompetensi adalah keseluruhan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan oleh seseorang dalam kaitan dengan sesuatu tugas. Kompetensi guru adalah pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang harus ada pada seorang guru agar dapat menunjukan perilakunya sebagai guru. Kompetensi guru meliputi kompetensi personal, kompetensi professional, kompetensi sosial, kompetensi intelektual, dan kompetensi spiritual. Guru yang berkompetensi memerlukan pembelajaran.
Kompetensi yang diikuti dengan pembelajaran yang dipelajari siswa (calon guru) menghasilkan keyakinan. Keyakinan calon guru matematika SD selama perkembangan program persiapan guru sangat diperlukan.Keyakinan calon guru membantu dalam memahami hasil penting dari program persiapan guru.
            Guru mempunyai keyakinan membantu memahami pembelajaran. Guru yang baik adalah guru yang mempunyai berbagai kompetensi dalam rangka menunjang keberhasilan proses belajar-mengajar.” (Hanafiah, 1992: 21). Seorang guru harus mampu meningkatkan kompetensi yang ada pada dirinya. Selain itu, guru dituntut untuk mampu meningkatkan kualitas belajar para siswa dalam bentuk kegiatan yang sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan pribadi yang mandiri, pelajar yang efektif, pekerja yang produktif, dan anggota masyarakat yang baik.
A.    Bagaimana calon guru memahami peran bahasa Innggris dalam proses belajar mengajar matematika?
Bahasa adalah bentuk komunikasi, entah itu lisan, tertulis atau tanda yang didasarkan pada sistem simbol. Dalam era globalisasi, bahasa Inggris memegang peran penting dalam komunikasi internasional baik dalam bidang pembangunan, teknologi, ekonomi, pendidikan. Para ahli yang berkecimpung dalam dunia pendidikan merasa perlu memberikan pelajaran bahasa Inggris yang intensif dan berkesinambungan kepada anak didik di sekolah menengah bahkan sejak anak-anak duduk di bangku sekolah dasar. Pada tingkat sekolah menengah banyak yang menyelenggarakan sekolah bertaraf internasional yang mempersiapkan para siswanya agar pada masa mendatang mereka dapat bersaing dalam era globalisasi.
Sejak dilaksanakannya program pengajaran matematika di sekolah RSBI dengan pengantar bahasa Inggris, benyak persoalan yang muncul antara lain, belum tersedianya buku ajar dalam bahasa Inggris yang cocok dengan kebutuhan sekolah, belum adanya model pembelajaran matematika bilingual yang efektif, dan yang paling utama belum siapnya calon guru mengajar dengan pengantar bahasa Inggris. Peranan calon guru untuk mempersiapkan siswa agar kelak dapat bersaing secara global dalam dunia kerja sangat besar. 
Penguasaan konseptual bahasa Inggris, wajib menjadi prioritas dalam pembekalan calon guru matematika. Kompetensi ini menuntut guru memahami secara konseptual materi matematika yang dipelajari, agar mampu mengungkap esensi dari bahasa dan matematika pada pelajar bahasa Inggris. Keuntungan kompetitif ini akan dapat dimiliki oleh siswa jika guru mempunyai pengetahuan dan ketrampilan bahasa Inggris yang memadai baik untuk bahan pengajaran, mengajarkannya, dan melakukan evaluasi. Oleh sebab itu perlu diadakan penelitian untuk mendeskripsikan kemampuan guru matematika dalam mengajar pengantar bahasa Inggris.
Model kelas bilingual yang berjenjang ini, menurut Lee (2008: 85) disebut sebagai biligual transitional education, siswa tidak langsung diajar menggunakan bahasa Inggris secara penuh tetapi bertahap. Seorang guru bilingual harus memiliki tingkat ketrampilan dua bahasa yang cukup untuk bisa mengajar kelas bilingual.
Seorang guru kelas bilingual harus orang yang bilingual, fasih dalam dua bahasa. Masalahnya apakah guru-guru mata pelajaran mampu menjadi seorang bilingual yang siap mengajar dengan dua bahasa, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Di samping itu tingkat ketrampilan bilingual seperti apa yang dibutuhkan atau yang harus dicapai oleh seorang guru supaya mampu mengajar kelas bilingual. Chin dan Wigglesworth (2007) membedakan dua macam ketrampilan bilingual, yaitu:
1.      Balanced bilingual, yaitu orang yang dapat menguasai dua bahasa secara sempurna dalam konteks yang berbeda-beda.
2.      Dominant bilingual, yaitu orang yang dominan dalam salah satu bahasa.

a.      Pelatihan untuk guru bilingual
Tuntutan pembelajaran matematika untuk memakai bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar telah mendorong sekolah untuk merancang berbagai program pelatihan bahasa Inggris untuk calon guru-guru. Mereka dikirim ke lembaga-lembaga pendidikan formal untuk mengikuti kursus bahasa Inggris selama beberapa bulan. Ada juga sekolah yang mengundang pakar pendidikan bahasa Inggris untuk memberi pelatihan kepada guru-guru di sekolah secara reguler. Yang menjadi pertanyaan ialah apakah para guru yang sudah mendapat pelatihan bahasa Inggris sudah siap dengan tugas yang diamanatkan. Jika mereka belum siap,  pengetahuan atau ketrampilan apa yang harus dimiliki oleh para guru agar mereka benar-benar siap mengajar dengan bahasa Inggris.       
Semua guru yang menjadi sampel menyatakan mereka mempunyai pengetahuan yang sangat baik tentang substansi mata pelajaran matematika. Hal ini bisa dimengerti karena mereka mempunyai keahlian dalam mata pelajaran matematika yang selama ini diampu.
b.      Kelas bilingual
Bahan ajar di kelas bilingual harus disajikan dalam bahasa Inggris. Oleh sebab itu kelas bilingual merupakan salah satu bentuk pengajaran content-based instruction (Dudley-Evans & St John, 1998). Keunggulan kelas bilingual ialah materi pelajaran ditulis dalam bahasa Inggris dan relevan dengan kurikulum atau kebutuhan akademik siswa. Dengan demikian pengajaran menjadi sangat bermakna dan dapat menjadi faktor pendorong motivasi belajar. Guru bilingual mempunyai tiga macam peran dalam menjalankan tugasnya:
1.      Sebagai praktisi
Guru bertugas mendesain dan mengatur proses belajar mengajar matematika, memberi penjelasan masalah-masalah kebahasaan (bahasa Inggris), dan secara terus menerus mengembangkan kemampuan bahasa Inggris siswa.
2.      Sebagai perancang materi
Guru bertugas merencanakan PBM, memilih materi yang cocok dengan silabus, memodifikasi materi supaya sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, membuat materi yang baru sama sekali jika materi yang siap pakai tidak ada.
3.      Sebagai evaluator.
Guru bertugas mengevaluasi efektivitas materi pelajaran dan melakukan evaluasi terhadap pemerolehan belajar siswa.
Ketiga peran tersebut di atas dapat dijalankan dengan baik jika bahasa Inggris merupakan bahasa pertama atau bahasa kedua, dan calon guru tidak mengalami kesulitan dalam menggunakan bahasa Inggris karena mereka adalah penutur asli bahasa Inggris. Masalah yang dihadapi oleh guru bilingual ialah pengetahuan dan ketrampilan menggunakan bahasa Inggris.
Guru bilingual harus mempunyai dua macam pengetahuan kebahasaan, yaitu pengetahuan tentang istilah teknis dalam mata pelajaran tertentu dan pengetahuan tentang tata bahasa Inggris. Ini merupakan kekuatan bagi guru bilingual. Yang perlu harus dikembangkan ialah pengetahuan tentang tata bahasa dan ketrampilan menggunakan bahasa Inggris baik untuk keperluan umum (non-pedagogis) maupun untuk mengajarkan materi pelajaran (ketrampilan pedagogis).
B.     Perubahan apa yang terjadi pada keyakinan calon guru matematika selama perkembangan persiapan guru?
Seorang guru harus mempunyai kompetensi dalam pembelajaran. Baik buruknya kompetensi guru akan mempengaruhi proses belajar mengajar. Sehingga kompetensi guru sangat penting untuk diperhatikan dan ditingkatkan.
Langkah pertama untuk membantu calon guru memperoleh pengetahuan khusus yang diperlukan untuk mengajar ELLs adalah untuk memberikan mereka kesempatan untuk mempertimbangkan konsepsi mereka (atau keyakinan mereka dan pengetahuan) tentang bahasa dan matematika. Pengalaman ini telah membuat keyakinan mengakar dan sikap tentang diri mereka sendiri yang tidak mudah dilepaskan (Ladson-Billings, 1994).
Salah satu strategi dalam pendidikan guru matematika yang telah melihat keberhasilan dalam membantu calon guru mempertimbangkan kembali keyakinan mereka dan ide-ide tentang pengajaran matematika dan belajar adalah penggunaan pola pikir anak-anak. Khususnya jenis kegiatan telah memberikan peluang calon guru untuk membongkar konsep-konsep matematika sementara pada saat yang sama belajar tentang kesalahpahaman siswa dan memahami kebutuhan untuk belajar matematika di tingkat yang lebih konseptual (misalnya melihat Crespo & Nicol, 2006; Philipp, Thanheiser, & Clement, 2002).
Guru matematika mempunyai konten khusus pengetahuan, dalam penjabaran pembelajaran yang ditekankan dalam konsep-kosep matematika:
a.       Penanaman konsep dasar (penanaman konsep), yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut.
b.      Pemahaman konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika.
c.        Pembinaan ketrampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep dan pemahaman konsep.
Keyakinan pedagogis mempengaruhi perkembangan program kesiapan calon guru. Program persiapan calon guru matematika berfungsi untuk memudahkan calon guru memahami pembelajarn yang akan disampaikan. Dengan mengetahui komptensi dan pembelajaran guru menjadi yakin dengan kapasitasnya.
Program yang dialami oleh calon guru termasuk perkembangan dua metode matematika urutan dan waktu-intensif mengembangkan – penempatan bidang mental, mempengaruhi keyakinan ini. Efek dari program pada kepercayaan calon guru bervariasi dari waktu ke waktu dan berinteraksi dengan cara yang berbeda satu sama lain dan dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi mengajar matematika.
Guru matematika yang baik adalah selalu berusaha dengan kompleks, dan tidak ada hal yang mudah untuk membantu semua siswa belajar atau membantu semua guru menjadi efektif. Untuk bisa efektif, guru harus mengetahui dan memahami matematika ketika mereka sedang mengajar dan bisa memberi gambaran/ilustrasi pada pengetahuan dengan fleksibel saat mereka tugas mengajar. Mereka perlu memahami dan merasa terikat dengan para siswa mereka, ketika belajar matematika bersikap manusiawi serta memiliki kemahiran dalam memilih dan menggunakan berbagai keterampilan pendidikan dan strategi penilaian ( Komisi pengawas NasionalMengajar dan masa depan America’s 1996).
Seorang guru memegang peranan yang sangat penting dalam menciptakan suasana belajar-mengajar yang sebaik-baiknya. Guru tidak terbatas hanya sebagai pengajar dalam arti penyampaian pengetahuan, akan tetapi banyak lagi sebutan peranan yang dapat diberikan kepada guru, kalau diibaratkan bermain film guru akan diperankan sebagai sutradara, aktor/aktris, juru potret, dan juru bicara. Oleh sebab itu, peranan guru sangatlah penting dalam menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif.   

BAB IV
KESIMPULAN
A.    KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1.      Calon guru yang baik adalah yang mempunyai berbagai kompetensi guru dalam rangka belajar mengajar. Masalah yang dihadapi oleh guru bilingual ialah pengetahuan dan ketrampilan menggunakan bahasa Inggris. Melalui pelatihan guru bahasa bilingual dan penerapkan pembelajaran dalam kelas bilingual untuk belajar matematika, calon guru mampu membantu siswa memahami matematika dengan konsep penggunaan bhasa Inggris yang. Guru matematika harus selalu berusaha dengan kompleks, dan tidak ada hal yang mudah untuk membantu semua siswa belajar atau membantu semua guru menjadi efektif.
2.      Guru bilingual mempunyai tiga macam peran dalam menjalankan tugasnya, yaitu:  
a.       Sebagai praktisi
b.      Sebagai perancang materi
c.       Sebagai evaluator
3.      Keyakinan pedagogis mempengaruhi perkembangan program kesiapan calon guru. Program persiapan calon guru matematika berfungsi untuk memudahkan calon guru memahami pembelajarn yang akan disampaikan. Seorang calon guru harus mnegetahui komptensi yang dimiliki, setelah itu dikembangkan dengan pembelajaran. Dengan mengetahui komptensi dan pembelajaran guru menjadi yakin dengan kapasitasnya. Program yang dialami oleh calon guru termasuk perkembangan dua metode matematika urutan dan waktu-intensif mengembangkan – penempatan bidang mental, mempengaruhi keyakinan ini. Efek dari program pada kepercayaan calon guru bervariasi dari waktu ke waktu dan berinteraksi dengan cara yang berbeda satu sama lain dan dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi mengajar matematika.
4.      Guru matematika mempunyai konten khusus pengetahuan, dalam penjabaran pembelajaran yang ditekankan dalam konsep-kosep matematika:
a.       Penanaman konsep dasar
b.      Pemahaman konsep
c.       Pembinaan ketrampilan                                                                                                    
B.     IMPLIKASI
1.      Jika guru memahami peran bahasa Inggris dalam proses belajar mengajar matematika maka calon guru telah berhasil menguasai konseptual pengetahuan dan ketrampilan bahasa Inggris dalam pembelajran matematika secara fektif dan efisien.
2.      Jika keyakinan pedagogis mempengaruhi perkembangan program kesiapan calon guru maka program persiapan calon guru matematika berfungsi untuk memudahkan calon guru memahami pembelajarn yang akan disampaikan.
3.      Jika penelitian menentukan apakah perubahan-perubahan yang terjadi selama periode waktu belajar bertahan maka sebagai calon guru menjadi enculturated di sekolah-sekolah dan mengembangkan lebih lanjut praktik kelas pribadi mereka.

C.    SARAN
1.      Guru mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan kualitas di bidang pendidikan. Jadi pelatihan bagi calon guru sangat diperlukan untuk menunjang kualitas pendidikan.
2.      Review ini dapat memberi wawasan dan memotivasi para calon guru untuk berkarya lebih banyak lagi dalam mendukung kemajuan perkembangan pendidikan di Indonesia agar berkarya lebih baik lagi.





DAFTAR PUSTAKA